Mah, I love You...

Hidup tak lain dan tak bukan adalah mejalankan apa yang harusnya dijalankan. Meski, terkadang pun yang harusnya tak dijalankan menjadi satu-satunya jalan pilihan menuju sesuatu. Ya, keiinginan. Tak dapat dipungkiri memang, ada saja asa yang ingin dicapai. Apapun caranya, apapun jalannya. Kadang manusia yang berfikir hanya dalam satu sudut pandang, bisa melakukan apa saja demi apa yang mereka inginkan. Tak terkecuali hal-hal bodoh yang merugikan dirinya sendiri.

Menjajaki jalan, berkelok, melintang bahkan menjulang. Kita merasai sendiri bagaimanapun itu, karena memang sejauh apapun kita berjalan tapak kakilah yang menjadi saksi. Takala hati tak kuat menahan kerikil tajam menuju sesuatu tadi. Seringnya melihat nyiur dan menapaki lembutnya pasir. Memang,  ibarat hujan; selebat-lebat hujan, akhirnya akan teduh jua.


Ketika mata dibuka, telinga mulai mendengar, hati beradu dengan otak tinggalah saraf yang bekerja dengan otot. Berfikir sejenak, ini apa ya Rabb? Memang sudah lama bahkan sejak dari lahir pun aku mengetahuinya. Ya 'Cinta', begitu orang menyebutnya. Katanya pun membuat sebagian orang kehilangan akal sehat karenanya.

Aku sudah merasakannya sejak aku singgahi rahim ibuku, walau tak ku ingat betul detailnya. Menangis untuk pertama kalinya karna telah merobek rongga rahim ibuku. Ya, menyakitinya sudah ku lakukan sejak aku lahir. Sejak pertama kali menggenggam erat tangan lembutnya, air matanya dia curahkan untukku.



Bahkan ketika aku sakitpun, tak bisa ku pungkiri, air matanya dijatuhkan hanya untuk menangisi aku yang terkulai lemah. "Neng, sembuh ya. Mau makan apa? Mamah beliin. Yang sakit yang mana, Neng? Udah ya jangan nangis, Mamah ngga kuat liatnya." sebegitu 'Cinta'nya dia kepadaku sampai apapapun jalannya dia akan lalakukan demi aku, anak perempuan semata wayangnya.

Seperti bait demi baik lirik lagu Iwan Fals - Ibu yang tak pernah sekalipun tak kujatuhkan air mata saat melodinya mengisi ruang kosong ditelingaku.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Hati anak mana yang teriris pilu mendengarnya. Bagai ribuan pedang tajam menusuk dada.
Sekarang, tubuhku kian membesar, hidupku kian berubah-ubah arah mengikuti laju angin. Melihat ibuku yang kian hari kian renta, wajahnya mulai berombak dan rambutnya kian memutih. Ya Rabb..... Sanggupkan aku membahagiakan dia, ibuku tercinta. Walau tak sempat ku buat senang hati ayahku yang sekarang sedang menjalani siksa kuburnya atau mungkin merasakan nikmat kuburnya. Kuatkan aku menopang ibuku, menjadi sandaran saat tuanya datang. Hancurkan hati kerasku ini, agar lembut tutur kataku kepada ibuku yang tiada lelahnya mencintai aku. Ya Rabb Tuhan Penyayang MakhlukNya, sehatkan ibuku, jadikan iya calon-calon bidadari surgaku kelak. Ridhoi dia dengan rahmatMu ya Rabb. Lukiskan senyum indahnya di disetiap hari-hariku. Kuatkan dia menjalani sisa hidupnya bersamaku. Aamiin Allahumma Aamiin Ya Rabballalaamiin.
Selamat hari mamah ratusan juta bahkan hingga tak terhitung harinya. Sehat ya mah, maaf banyak salah. I love you so much more than i love my self.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar