Yang Kuat, Hey!

Teruntuk, diriku.

            Hai, manis. Hari ini kamu bangun sangat pagi, menyeruput kopi, mengisi bak mandi dan mencari info tentang dunia yang melulu tentang politik. Lalu, apalagi selain menulis surat untuk diri sendiri? Hehehe
            Seharusnya kamu bisa review ulang apa yang musti kamu kerjakan. Seingatku, kamu harusnya pergi ambil obat bulanan pagi ini, bukan? Tapi tak apa, hujan diluar pasti menahanmu untuk pergi.
            Aku ingatkan lagi wahai wanita yang sedang duduk manis diatas kasur, jangan cepat menyerah, ya? Aku sudah tau jawabanmu pasti “Iya, manis.” Kamu pasti sudah tau semua isi dalam kepalaku, tapi, tak apa, aku akan tetap menulis untukmu.
            Aku hanya ingin kamu tetap tegar, walau cobaan banyak sekali yang datang. Sambutlah mereka dengan tenang, wahai diri. Anggaplah mereka tamu yang cepat atau lambat akan pergi tanpa harus diusir. Jadikan dirimu sebagai wanita yang tak melulu mengharapkan kebahagian tanpa cobaan. Jadikan dirimu sebagai wanita yang mengerti arti pengharapan panjang yang membuahkan hasil memuaskan.
            Seperti hujan yang deras di luar teras, akan banyak perumpamaan untuknya. Tak selamanya hujan akan mengguyur permukaan tanah yang kian melumpur olehnya, tenang saja. Wahai diri, tak perlu berharap banyak akan datangnya pelangi, karena matahari bersama awan cerah pun mungkin lebih dari cukup. Terus perbaiki diri, ya? Karena semua dimulai dari niat-niat baik yang akan membawamu pada hal-hal baik pula.
            Mungkin hanya ini surat untukmu. Tapi, semoga kamu bisa melakukan lebih dari apa yang aku tulis. Aku yakin kamu pasti bisa. Aku yakin kamu dan aku mampu. Dan kita lawan cobaan bersama, oke? Hehehe.
            Oiya! Coba tolong liat dapur setelah kamu baca ulang surat ini, kayanya bocor. Baju-baju yang ada di mesin cuci, coba diangkat, udah selesai digiling dari satu jam yang lalu!

Tertanda,
Dirimu sendiri.


#30HariMenulisSuratCinta

Doa Untuk Yang Berulang Tahun

Dear, wanita ramah penuh suka cita.

Kemarin, tak sengaja aku membuka sosial media tempat aku pertama menemukan sosokmu. Ku lihat salah seorang memberitahu bahwa hari ini angka umurmu bertambah, dan aku tahu surat ke empat milikku untuk siapa.           
Tak terasa, bukan? Waktu demi waktu kadang berlalu secepat laju sepeda balap. Aku pun merasakannya, sayang. Walau tak pernah ku menatap mata bening penuh rahasia, wajah indah ukiran Sang Maha Pencipta. Jangan senang dulu, hey, cantik, angka umurmu memang bertambah, tapi sayang, sisa umurmu kian berkurang.
Untukmu yang hari ini Allah ijinkan membaca suratku, Iit Sibarani. Sungguh, aku tak mengetahui percis angka yang sedang kamu genggam. Wanita cantik penuh keramah-tamahan, jiwa yang dialiri cinta oleh Tuhan, berbahagialah. Tak ada yang melarangmu untuk merayakan, tapi, alangkah baiknya menjadi jembatan untukmu berdoa, bersyukur dan lebih bertawakal pada siapa yang memberimu kehidupan.
Untukmu, Iit Sibarani. Calon makmum yang telah disiapkan sebaik-baiknya iman. Calon ibu yang jadi madrasah pertama untuk anak-anak lucu berparas cantik nan pintar. Segeralah, telan semua rasa pahit yang dibelakang. Bebenahlah, perbaiki diri dan sambut sang calon iman yang Allah siapkan untuk mengisi hari-harimu. Belajarlah untuk mengerti arti kehidupan, ceritakan pada anak-anak yang akan mengisi rahimmu mendatang.
Hari ini, doa-doa baik untukmu datang. Doa yang membaluri seluruh tubuhmu agar kamu tenang. Ya Allah Yang Maha Segala, semoga dia (Iit Sibarani) baik dalam keadaan apapun. Ya Rabbi Yang Maha Pemberi, terus ukir senyum indah di bibir manis miliknya, yang Kau pahat tanpa ada kurangnya.
Barakallahu fii ummuri dunya wall akhira, Iit Sibarani. Semoga apa yang kamu tanam, berbuah manis dan menjadi ladang pahala. Aamiin allahuma aamiin ya Rabbal’alaamiin.

Tertanda,
Makhluk Allah, yang banyak kurangnya.


#30HariMenulisSuratCinta

Dear, Masa Lalu.

Kadang kita perlu melihat kebelakang. Bukan untuk mengenangan masa lalu, tapi berjaga-jaga agar tidak ada yang menusukmu.” Kata-kata itu selalu menjadi kewaspadaan  terhadap apa saja yang ingin merusak bahagiaku. Sudah. Cukup. Aku terlalu banyak menelan kecewa, walau tak sedikit juga yang aku kecewakan. Karma? Tentu, iya. Hukum itu selalu ada dibelahan dunia mana saja. Jika kamu memberi duri, suatu hari kamu akan mendapat jarum.

Aku tak begitu mempersalahkan masa lalu, yang ku tau dia masih ada dibelakangku. Suatu saat akan ku ingat tapi tak akan aku memutar balik untuk melihat. Aku berdiri di depan cermin besar dan kulihat semua bagian tubuhku, ya Allah, fisik ku masih utuh, terima kasih. Kulihat dinding-dinding kamar, lalu aku berputar, ya Allah, otak dan syaraf motorik ku masih berfungsi, terima kasih. Tanpa Mu, aku bukan apa-apa, Tuhan. Lalu, apalah masa lalu itu? Ingin menghancurkan hidupku? Hahaha, mimpi! Aku masih kuat berdiri.

Hey, Tuhan ku memang hanya satu. Tapi, Dia selalu melindungiku dari bahaya-bahaya macam kamu. Kamu, iya kamu, masa lalu yang dulu menoreh tinta hitam pekat dibuku cerita hidupku! Yang banyak membuang-buang waktuku. Yang tak akan pernah lagi aku membuka bagian itu. Masa lalu, terima kasih telah mengajari aku suatu hal yang denganmu aku tau arti penyesalan.

Tertanda,
Yang sedang menertawakanmu.


#30HariMenulisSuratCinta