Memulai ini butuh cukup tenaga, mungkin segelas air mineral ditambah obat asma. Dan untuk kamu yang pertama membaca paragraf ini, pasti kamu akan tahu rasanya, dan jikapun belum, jangan pernah mencobanya.
Pertama-tama mungkin akan terasa getir dan lara, bagaimana tidak, yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba bagai nyawa dicabut langsung tanpa aba-aba. Sakit. Teramat.
Saya sendiri pernah merasakan sebelumnya. Bodoh! Terulang lagi. Begitulah kodrat manusia. Yang katanya “Sudah cukup, sampai sini saja perjalanan kita.”, lalu lupa bagaimana perjuangan awalnya. Perjuangan membuka hati dengan orang baru, mengenalnya lagi, memulainya lagi. Benci. Saya benci paragraf ini.
Saya berkata pada teman “Benci sebenernya gue pacaran.”, lalu dia menjawab “Omongan orang baru putus, as always.”. Dan bodohnya, iya bodoh, saya pacaran lagi. Memulai dengan kata coba-coba, lalu terjebak sendiri.
Pertahanan diri hancur. Yang tadinya kuat setegar baja, menjadi remuk tanpa sisa. Lalu yang menghancurkannya melenggang pergi tanpa dosa meninggalkan janji busuk berbalut kata “I LOVE YOU FOREVER, AND I LOVE YOU SO MUCH.” dengan dalih ingin mencari jati diri? Dan seenaknya bilang "Cari saja hal baru, tanpa aku. Aku punya kehidupan sendiri." Haha lucu, setelah hidup saya diombang-ambing hanya dengan dia. Oh, ternyata saya sedang dipermainkan waktu dan keadaan. Jujur, saya lebih benci paragraf ini.
Katanya Allah Maha Membolak-balik Hati Manusia, makhluk yang derajatnya paling tinggi di muka bumi. Lalu kenapa Allah tidak membalikkan hati saya saja? Agar bisa setega dia. Malah saya yang perjuangkan mati-matian agar ‘kita’ bisa bertahan. Namun, berjalan dengan satu kaki akan terasa sulit. Menopang beban janji-janji yang (tadinya) terlalu saya percaya.
Saya pernah berhenti di dekat Masjid yang sedang khutbah Jum’at. Pak Ustadz berkata “Yang paling jauh bukanlah Matahari, bukan pula Bulan dan Bintang. Yang paling jauh adalah masalalu. Sedetik yang lalu sudah jadi masa lalu kita, tidak bisa diulang.”. Dan saya sedikit tertampar, berjuang setahun hanya menjadi masalalu juga. Begitu banyak kenangan yang tidak akan pernah bisa diulang.
Takdirnya, mungkin. Atau sudah jalannya seperti ini. Saya tidak tahu. Tapi sakit yang saya rasakan sangat amat sakit. Ibarat pribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga.
Dan untuk kamu yang melakukan ini terhadap saya, kamu paling hebat. Saya pernah patah, lalu bangkit menjadi utuh. Dan kamu datang, bukan lagi mematahkan, kamu menghancurkan saya. Terimakasih banyak, kamu. Atas janji-janji dan perjuangan palsu, atas apa yang pernah kita lewati bersama dan harus berakhir juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar