Tak Searah

Ternyata kita beda, kita jauh dari kata sama. Bahkan mencintaimu sampai detik ini pun seperti halnya berkaca. Cintanya terlihat, hanya saja pantulan.

Terkadang sulit untuk percaya, kita sudah terlalu jauh berjalan berbeda arah. Yang aku tahu, tujuanku tetap sama. Aku tahu mencintaimu begitu sulit, sampai-sampai berhenti saja aku tak bisa.

Jika ada yang bilang kita berbeda, jelas aku akan percaya. Karena memang begitu adanya. Kita bahagia dalam kesulitan, mengingat untuk melupakan. Kita tertawa dalam tangisan, mendekat untuk menjauh. Kita tidur dalam mata terbuka, mencintai untuk saling membenci.

Aku benci menulis ini, karena apa saja yang aku tulis tentangmu, dengan itu air mataku jatuh. Aku kesal bisa mengungkap prosa sedalam ini, karena dengan ini, cintaku makin dalam.

Aku terguncang ketika kehilangan, tapi biarlah. Tanpa itu, jiwaku tak akan setenang ini sekarang. Aku teraniaya hujan, tapi tak apa. Tanah saja tak marah ditimpanya. Aku bagaikan diinjak Gajah, sayang. Tapi ternyata aku Jerapah, ketahuilah, aku lebih tinggi dari dia.

Kamu tahu hal apa saja yang ingin aku ungkap? Berapa ribu kata yang akan aku tulis? Aku tahu, kamu tak pernah mau tahu. Biarlah, menangis sudah jadi hal biasa sampai aku lupa karena apa. Lemah memang, tapi mau bagaimana? Yang kamu tahu, aku akan tetap baik-baik saja. Manusia mana yang tetap biasa jika yang disayang pergi? Aku mau tahu. Mungkin kita bisa berbagi banyak cerita pilu.

Cobalah pegang tanganku, ada banyak getaran disana. Masih sama ketika pertama kamu coba katakan cinta dulu. Sayang, tetaplah disitu. Atau mungkin kamu ingin pergi jauh? Silahkan, aku tak bisa hentikan. Kita berbeda arah namun satu tujuan. Aku tunggu kamu ditempat yang sama, yang dulu kita cari berdua. Aku tunggu ditempat yang kita sebut itu bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar