Ketika bukan bintang-bintang lagi yang membuat malamku berseri.
Atau, bukan cahaya Matahari lagi yang aku tunggu dikala pagi.
Mungkin, ketika itu adalah saat malamku sudah terlelap di bahumu,
Dan pagiku sudah dilempari senyum sejukmu bertubi-tubi.
Hari ini, aku sendiri masih lontang-lantung, kesana-kemari, hanya untuk mencari jati diri.
Harus dikemanakan kaki yang hampir tiap hari berlari mengejar hal yang itu-itu saja, namun tak pernah pasti.
Kelak, mungkin, hanya diriku rumah yang akan selalu kau tuju kemanapun dirimu pergi.
Aku akan menjadi pundak saat tangismu pecah.
Tanganku akan menjadi damai yang kau cari kala amarahmu membuncah.
Aku tidak peduli, seberapa kelam masa lalu yang kau miliki.
Aku pun tidak akan pernah peduli, seberat apa masalah yang pernah kau taklukkan.
Yang aku tahu, nanti, kita akan berjuang untuk masa depan.
Kita akan bersama pecahkan tiap masalah yang Tuhan berikan.
Saat ini, aku sedang memperbaiki rongga jiwa yang tertutup benci.
Aku akan benahi hati yang kosong tak berpenghuni.
Hingga, saat dirimu datang, kau akan tetap tinggal, dan tak akan pernah pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar