Sesederhana Melupakan, Mengikhlaskanmu Harus Ku Lakukan.

Kuhabiskan sisa hari ku malam ini dengan tangis yang tak bermuara. Membuang banyak tissue yang tak berdosa.
Bukan karena sakit fisik ku yang tak kunjung sembuh, atau otak ku yang tak kunjung berhenti untuk berfikir. Tapi, karena hati yang kian hari kian diperas untuk memikul rindu.
Aku kira, dulu aku meletakanmu pada sisi yang tidak ingin aku ingat lagi. Aku kubur dirimu pada tanah tandus hati ini. Tak kulihat, tak kurawat. Aku membiarkanmu, aku berharap kamu mati tak kembali.
Bagai di siram air mata tanpa henti, dipupuki sakit hati, dirimu tumbuh subur mengakar menutupi jantung.
Sekarang dirimu datang dalam pikiran. Menyiram gersangnya tanah tandus dalam lubuk hati hingga raga ini. Membuat aku memutar otak bagaimana cara menguburmu lagi, bukan didalam hati, bukan pula dalam pikiran, aku ingin meletakanmu pada kotak kenangan.
Aku biarkan diri ini yang terkubur dalam penyesalan, memecah tangis pada kerinduan. Dahagaku membuncah mengingat hal dulu yang aku lakukan, kiranya waktu dapat diputar.

Sesedarhana melupakanmu dahulu, melakukannya sekarang membuat raga tepanggang. Mengikhlaskanmu adalah satu-satunya hal yang harus aku lakukan.

M.A.T.I S.U.R.I

Aku pernah terpaksa bangun di tengah malam menuju pagi,
hanya karna ada luka basah tergores di dalam hati.
Perihnya sampai ke sekujur tubuh yang tidak tahu apa-apa.
Aku pernah dipaksa menangis oleh keadaan,
yang membuat aku sendiri lelah untuk menangis.
Aku menyiksa diri sendiri.
Hanya seujung kuku, pisau yang menggores pangkal hati,
membuat seluruh daging menggigil lesu.
Rasanya jantung ingin ku paksa berhenti.
Aku pernah tertawa lepas dalam tangis yang amat sangat.
Memaksa lupa, bahwa pernah ada cinta yang membuatku hampir mati.
Merasa paling tegar diantara kerikil tajam,
merasa paling kuat diterjang badai.
Walaupun, banyak sesak diruang yang gelap.
Aku pernah kebingungan,
dari mana harus memulai (lagi) hidup yang seperti biasa.
Hidupku yang belum pernah mengenal dia yang mengajarkan apa itu cinta yang luar biasa.
Otakku hampir beku,
terlalu dingin untuk berfikir.
Aku memaksa bibir bersimpul senyum,
walau hati dan pikiran hampir terbakar.
Aku pernah menahan sakit yang amat dalam,
yang membuat tubuhku roboh tak bertulang.
Aku pernah dibuang,
hampir mati dijalan yang dinamakan cinta.
Semudah menulis kalimat ini,
melewatinya penuh perjuangan.

Rumah Yang Kau Tuju

Ketika bukan bintang-bintang lagi yang membuat malamku berseri.
Atau, bukan cahaya Matahari lagi yang aku tunggu dikala pagi.
Mungkin, ketika itu adalah saat malamku sudah terlelap di bahumu,
Dan pagiku sudah dilempari senyum sejukmu bertubi-tubi.

Hari ini, aku sendiri masih lontang-lantung, kesana-kemari, hanya untuk mencari jati diri.
Harus dikemanakan kaki yang hampir tiap hari berlari mengejar hal yang itu-itu saja, namun tak pernah pasti.

Kelak, mungkin, hanya diriku rumah yang akan selalu kau tuju kemanapun dirimu pergi.
Aku akan menjadi pundak saat tangismu pecah.
Tanganku akan menjadi damai yang kau cari kala amarahmu membuncah.

Aku tidak peduli, seberapa kelam masa lalu yang kau miliki.
Aku pun tidak akan pernah peduli, seberat apa masalah yang pernah kau taklukkan.
Yang aku tahu, nanti, kita akan berjuang untuk masa depan.
Kita akan bersama pecahkan tiap masalah yang Tuhan berikan.

Saat ini, aku sedang memperbaiki rongga jiwa yang tertutup benci.
Aku akan benahi hati yang kosong tak berpenghuni.
Hingga, saat dirimu datang, kau akan tetap tinggal, dan tak akan pernah pergi.

My Mysterious Weight

Its me who every-single-day i spent my time with smile-laugh-tears. Suka aneh dan kadang mikir gak, sih? Kita berubah secepat ini? Iya, gue ngerasa gue ngabisin waktu lebih dari 20tahun ini tuh cepet banget. Banget. Overall, emang bener banget kalo setiap orang pasti berubah. Entah karena usia, karena lingkungan, karena ilmu, and real for better life.

“Mah, kayanya, dulu, Neng gak kaya begini, deh.”, dan nyokap gue dengan santainya jawab “Iya, dulu, Neng kecil, item, manja banget.”. Sebenernya, gue gak mau jawaban macem gitu. Emang sih, dulu gue item banget, kecil, kurus, ceking bin tulang doang. Pas masuk SMP, hormon, dan percampuran lemak dengan energi gak seimbang. Lebih tepatnya jadi gendats. Beklah, gue mulai gendut pas SMP. Sampe gue punya sahabat, dan diantara mereka gue paling ya.... mekar, deh.

Pas masuk SMK, banyak yang -------- sama badannya ma aing. Dan punya sahabat yang gendut. Gue panggil dia gendut sampe sekarang, walaupun dia udah kurus. Gue juga punya sabahat yang dulu kurus banget, ceking, tinggi, dan sekarang, mekar. Gue panggil dia, Uty. (Semoga orangnya gak ada yang baca). Yang pasti, si gendut itu, kurus karena kelamaan galauin pacarnya yang sampe sekarang gue coba buat wellcome dia punya pacar begitu. Nah, kalo si Uty, gatau. Tiba-tiba aja mekar. Yak! Doyan makan tepatnya. Gue aneh aja, gue kok mau galau kaya gimana juga pas dari SMP kaga kuyus-kuyus atulah. Udah, sok diet, sok makan kentang doang, sok-sok minum banyak aer putih cem pulang dari Gurun Sahara, tetep aja, iya, gendut. Pfftttt. PUTUS ASA!

Ini kelas 1 SMK akhir semester satu. Yap! Muka kotak karena pipi yang lebar
nan gembil.
Ini diaa... Si gendut yang sekarang kuyus. Liat gak? Meji item bin gamau foto
di depan. Gendut, euy.
Ini kelas 2 akhir semester 1. Iya, Meji yang tengah. Sungguh gendats.
Ini kelas 2 semester 2. Sungguh hitz pada zamannya.
Pertama masuk kelas 3 :)))))
Jakcloth Des 2012, yang tengah yang namanya Uty. Saat badan kita masih sama.
Ini Desember 2012. And you guys must know that 2 of 5 from this pic is
someone who i mean in this blog :)))
Baru lulus. Dan setelah kerja jadi kasir perbantuan.
61kg di akhir 2013 :)))
Maret 2014
Udah gede mungkin, umurnya. Galauin cowo yang sumpah..... gak penting kalo inget. Kalo lupa, galau lagi. Pas abis lebaran tahun kemarin, galau level dewa! Galau banget. Galau terus. Elaaah. Sering lupa kalau cinta hakiki tuh, Ji, cuma buat Sang Pencipta kita doang. Cinta sama orang lain, pun, musti didasari cinta sama Allah. Belajar aja harus pake dasar, apalagi masalah hati. Udah gitu, galaunya bikin gak doyan makan, gak bisa gerak, dan sedihnya sakit yang awalnya cuma hati, jadi sakit ke badan-badan. Sedih banget. Dan berat badan jadi 49kg dari 59kg  dalam satu minggu galau. Mau kurus, cuma gak mau karna galau apalah itu. Lucunya, banyak yang gak sadar kalo gue turun drastis. Paling keluarga dan tetangga. Satu-satunya orang yang bilang gue kurus banget adalah Mamahnya Prily, tante Yani. Warbiyasah memang, galau mengubah tubuhku yang semok nan bohay ini.

Betul! 59kg...... sebelum put..... oke gausah dibahas.
49kg yang 49kg banget dalam hidup gue.
Setelah galau yang gak ada gunanya itu, gue ketemu temen-temen baru. Maklum, kuliah perdana semester satu. Suasana baru, banyak temen, banyak cerita, banyak tukar pikiran, dan, yak, gak salah lagi, banyak tugas, men. Yang terakhir nyiksa otak banget emang. Suwer. Ya, walau kadang masih suka inget galau-galau kiyut itu. Berat badan naik secara signifikan, pemirsa sekalian. Dan, lupa kapan, waktu itu nimbang 57kg. Yaudah, Ji, takdir, gendut mah gendut aja. Gendut aja masih ada yang naksir, apalagi kurus. Etdeh. PEGIMANA?


Lima Puluh Tujuh Kilo


Anehnya, aneh ini mah aneh banget. Tadi tuh mau nulis blog masalah sikap, kenapa jadi fisik aing atulah. Yaudah sekalian aja, deh. Sekalian ngabisin kuota. Horang kayah *sebarin perdana M3*. Lanjut, ya? Yaudah, duduk lagi yang manis anak-anak...

Akhir-akhir ini merasa kurus (masih bahas badan), seriously. Pas difoto full body, kok, kaki gue kecil ya? Tapi, pas selfie muka doang, pipi, Ji, pipi segede palunya Thor. Mungkin yang full body adalah sugesti. Tapi, tapi mulu etdeh. Ya tapie deh, tapie pas bilang Mamah “Mah, Neng mau diet. Besok Neng gak masak, ya?” dengan jawaban menghentak loyo “Ngapain diet-diet, kaki ma badan kaya kabel gitu mau diet.” pikiran gue adalah kabel bumi yang tegangannya sampe 100.000 volt. Gilak, gede amat. Tapi gimana, temen-temen SMP, SMK, dan sampai yang sekelas kalo bilang gue kurusan. Yah, namanya juga cewe, pikiran besok mau diet adalah wacana adanya. Besoknya, tetep aja makan Bakso Semproel pulang kuliah. Dan sampe detik ini, masih makan malem kalau laper. Dan setiap weekend ngemilin Milo hampir 5 bungkus sehari. Musti dilindungi spesies cewek macem gue ini mah.

Sekarang suka gabungin sarapan, makan siang dan makan malem pas waktu makan siang. Bukan karena mau diet, tapi gak biasa sarapan dan kalo makan malem pasti harus ada yang ngajak dulu. Dan seringnya diajak sama Mamah, dirumah. Yaudah, makan malem deh, iya. Tapi, lucu euy ini mah, belum merasa kurus, pun, masih aja ada yang boongin. Iya, kemarin ke Puskes sekalian month routine check up,  pas nimbang, you are guys know my weight berapah? Hah? 53kg dong. Timbangannya suka boong. Ku kezel nget. Dari awal 57 terus jadi 53, total turun 4kg aja. Padahal gak diet. Ini mah siapa yang bohong? Timbangannya rusak, pasti. Mau ganti timbangan Puskes aja rasanya, beliin apa nih? Horang kayah *buang-buang lemak*.

Misi. 53kg mo liwat!

Terengtongceees..

Yaudah. Disandingkan ma yang beratnya 49kg adalah jauh. Pfffttt


Tau gak, pemirsa blog yang dirahmati Allah sekalian? Yialah cem ceramah aing... Oke. Akhir-akhir ini Meji lagi seneng. Gatau kenapa, ih. Padahal liat mantan yang digalauin berbulan-bulan itu udah punya pacar baru lagi. Ya nyesek, sih, dikit. Kata Mamah, dikit aja. Kebanyakan ntar makin jadi kabel charger. Pffttt. Jatuh cinta apa, ya? Ma sapah? Gebetan aja gak ada, Ji. Heu-heu. Hormon wanita emang ya, suka berubah. Moodnya jadi penentu sikap. Suka aja ih jadi wanita, soalnya aneh, cinah. Dan wanita memang selalu benar. Pantes aja banyak banget cowok yang mau jadi cewek sekarang. Kenapa badan ini menciut saat senang, dan saat galau pun? Pas usaha mati-matian diet, always fail. Ini beneran 53kg? Normal banget, ini? Serius? *tepok-tepok perut*. Sungguh rahasia Tuhan memang benar adanya. Semoga, akhir bulan ini ke Puskes lagi, berat tetep segitu, atau, mungkin, turun barang 5-6 ons. Halah.

Sumpah, tadi gue gamau bahas perubahan badan. Maunya perubahan sikap dan prilaku. Ngapa jadi berat badan, sih, elaaaah. Yaudah lah, gapapa. Gue emang pikun dan sering melenceng dari tema. Pfttt. Kapan-kapan aja lagi bahas yang sikap dan prilaku.

Sekian cerita berat badan saya yang naik-turun, cem sinyal Three. Semoga bahagia terus ya, Ji. Makin fokeus kuliahnya. Makin tinggi badannya. Makin tebal imannya. Makin sayang Mamahnya yang kiyut ituh. Aamiin. Nanti Meji cerita lagi, ya. Sering-sering aja main kesini.


N.M

Karena Tidak Semua Cerita Bisa Di Ungkapkan..

Doaku banyak tak terhitung.
Ku tahu, tak diucap pun, Tuhan mendengar.
Banyak doa-doa baik yang ku simpan untuk yang terakhir.
Ku semogakan dan Tuhan segerakan.
Apapun yang dirasa pahit saat ini, Tuhan ganti dengan tangan-tangan baik pemahat cinta.
Apapun yang ditunggu hari ini, kelak Tuhan datangkan tanpa cela.
Apapun itu, apapun yang kau minta, Tuhan akan beri tanpa pamrih.

Tidak, tidak ya Tuhan. Aku tidak ingin terburu-buru mendapat sosok pendamping yang ku rasa memang semua telah Kau siapkan.
Tidak, tidak ya Tuhan. Aku pun tidak ingin berlama-lama menunggu. Menunggu yang telah Kau siapkan.

Seperti halnya berlayar, kadang, memang yang disinggahi hanya sandaran, bukan tujuan.
Aku ingin menjadi tujuan, menjadi rumah yang kemana saja dia berlabuh, aku lah tempatnya pulang.
Rumah yang sederhana.
Yang setiap sudutnya dilimpahi doa-doa.
Yang tiap dindingnya dihiasi cinta.
Yang kesederhanaannya membuat kita bersyukur, bahwa kita ada, dan bersama.

Seperti halnya sakit, obat adalah penawarnya.
Aku ingin menjadi obat, walau kadang pahit, tapi sembuh adalah harapan. Menjadi harapan apapun yang dia ingin, aku ada dalam tiap bait pintanya.
Menyembuhkan luka-luka hati.
Penenang jiwa.
Peluruh semua sakit yang dia rasa.

Jika nanti, suatu saat, semua pergi dan akan berlabuh pada hati-hati yang patah. Lalu, mereka membangunnya lagi dengan perekat cinta. Ketahuilah, pengokohnya adalah doa.
Biar yang lain tahu, semua orang tahu.
Bahwa membangun saja, tidak ada guna tanpa dikuatkan tiap tiangnya.
Jika nanti, suatu saat, semua menemukan obat dan menjadi harapan tiap masing-masing doa. Lalu, mereka menelan pahit kenyataan. Ketahuilah, penyembuhnya bukan hanya cinta, tetapi juga doa.

Doa-doa baik, untukmu yang baik.
Yang tiap pencarianmu menjunjung tinggi harapan, tiap doamu mengutamakan Tuhan.

N.M

Kenapa harus?

Kenapa harus aku yang mengalah?
Karena menangmu bukan jawaban.

Kenapa harus dia yang pergi?
Karena tinggalmu membawa ketenangan.

Kenapa harus ada pertemuan?
Karena perpisahan adalah kenyataan.

Kenapa harus aku yang menangis?
Karena tawanya kian menyakitkan.

Kenapa harus aku yang bertahan?
Kerena kuatmu sangat diperlukan.

Lalu, lalu apalagi yang harus aku lakukan?
Bangkitlah, sayang. Cobaan bukan melulu tentang cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Lalu, lalu kenapa aku harus bangkit?
Karena keterpurukan bukan penyelesaian.

Jika kuatku diperlukan saat tangisan datang, kenapa harus dia yang menjadi alasan?
Karena dia bagai mata uang. Satu sisinya membuat tawamu mekar, dan sisi lainnya penyebab tangismu pecah.

Sabar, karena itu yang membuat kita tetap sabar.
Percayalah, pelangi tidak datang tanpa hujan.

Semoga kuat menjadi alasan dirimu tetap bertahan, dengan goresan luka yang amat dalam.

Lost In Jogja

Assalamualaikum...

Ini cuma pengalaman sekitar se-se-se..... lupa kapannya atulah, nekat tetep pergi ke kota pelajar. Aduh bingung mau mulai cerita darimana, banyak banget.

Sabtu, 21 Maret, pagi-pagi jam 8 Meji baru siap-siap packing baju karena niatnya emang pengen gajadi aja. Udah callingan sama Sucia janjian di St. Senen jam 11-an. Meji naik angkot dari rumah ke St. Kranji dan lanjut naik kereta ke St. Senen. Sampe St. Senen ketemu Sucia yang ternyata satu commuter line sama Meji cuma beda gerbong aja.

Di St. Senen udah ngantri panjaaaaaaaaaaang banget buat pemeriksaan tiket kereta Bengawan (maklum kereta murah). Setelah hampir setengah jam ngantri, akhirnyaaaaaaa masuk juga dan selang berapa menit kereta jalan. Namanya juga ya, Meji tidur jam 3 pagi karena abis drama sama Biyung yang yaudahlah Biyung kalo drama rauwis-uwis, di kereta ngantuk bangeeeettttttttttttt dan tidur deh hehehe.

Dikereta ketemu mbak-mbak yang mau ke Purwokerto. Mukanya mbak-mbak banget sumpah, alisnya, stylenya jugak iiiih.... taunya anak kelas 2 SMK yang baru selesai PKL di Jakarta dan mau pulang ke kotanya aja dong. Baik orangnya, ramah, cakep, tapi ya gitu, umur sama dandanan gak sesuai. Lah, dia kira aja Meji masih anak SMA yang parah mah Sucia dikira anak SMP mulu haahaha.

Tadinya tujuan awal kita ke Solo, biar bisa nginep dirumah Bulenya Sucia dan paginya ke baru Jogja. Tapi, kita udah ngebet ke Jogja duluan, jadilah turun di St. Lempuyangan sekitar jam setengah 9 malam. Sampe sana ujan guede banget, kita tidak disambut dengan baik :') Jalan kaki jauh banget mau ke Malioboro, bayangin deh tuh niat kita bagpackeran banget tapi Sucia bawa tentengan -_-

Aku lapar, aku lapar....liat angkringan "BENGKEL SUSU" yang pas bisa neduh dan mamam muraaaaaaah bingit. Sumpah disitu murah-murah banget dan enak-enak menunya.

LAPAR! SAYA LAPARRRR!!!

Setelah hujan reda, kita putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Malioboro dengan jalan kaki. Iya, jalan kaki, Ternyata jauh bangeeeetttttttt dan ketemu kang becak yang lagi bobo cuwbet di pinggir jalan. Kita bangunan deh tuh kang becak, dan naik becak ke Malioboro. Sampe sana kaya inget deh ini tempat, iya tempat sekitar 2 tahun lalu Meji, Sucia dan Derisa memutuskan kabur dari rombongan bis sekolah. Disini kita mulai lelah, dan disini kita mulai semuanya. Tilpunin hotel, penuh semuaa. SAYA LELAH, SAYA NGANTUKKKKKKK!!!!Ada pertunjukan orang cium-cium ular cobra, liat ular di tv aja takut, nah itu liat orang cium cobra, lemes banget badan. Duduk di trotoar jalan yang lagi rame banget karena kebetulan itu Sabtu malam, kaya anak ilang banget pokoknya. Ada mbak-mbak numpang duduk juga disitu, dia nanya dan diceritain semua sama Sucia.

BYAAAAAARRRRRR!! Ujan gede bangeeeeettttt di sekitar Malioboro dan kita bersama mbak-mbak tadi neduh di halte Trans Jogja. Ketemu banyak orang yang mau nolongin, nolongin nyari hotel. Nah, mbak Devi itu sama temennya kalo gak salah mbak Yeni yang mulutnya kaya burung Emprit karena cerewet banget nolongin kita, hampir jam 2 pagi kita masih di halte. Sucia sama mbak Devi naik motor cari penginapan dan gue ditinggal sama mbak Yeni dan 3 orang cowok yang nasibnya sama kaya gue ;") dannnnn ulernya masih ada, lagi ganti kulit :'''''''')

Akhirnya Sucia bertemu mushola yang bisa nampung bagpacker ngasal cem kita. Dan ngintilah itu 3 cowo bersama kita semua ke mushola yang jauh banget ternyata dari Malioboro. Baru kali ini gue jalan-jalan tidurnya di mushola, tidur jam setengah 3 pagi jam 4 pagi pas melek banyak buibuk yang mau solat :'''') aing merasa atulah wey lu rasain deh sendiri. Mbak Devi bersama burung Empritnya... eh maksudnya mbak Yeni pulang ke Kota Gede buat mandi dan ganti baju dan nanti balik lagi. Tiga cowo yang ternyata anak Bantar Gebang juga bingung mau kemana, nah aing oge bingung euy :')


Di depan mushola, jam setengah 6 pagi. Masih ngantuk bingit. Ada yang mau nikahan cuy.

Kita berlima kalo gak salah deh, jalan nyari sarapan. Seujung-ujung jalan gak ketemu itu kang nasi uduk, kang gorengan deh minimal. Mana gemblokan aing berat bangetttttt!!! SOTOOOOOOOOOOO semua.... bayangin aja jam segitu gue makan soto. Kalo ada penginapan mah gapapa, lah ini mau duduk aja susah banget.

Selama itu jalan gue sama Sucia untuk memutuskan untuk ke Solo aja, ketempat Bulenya Sucia. Dari mushola itu sampe stasiun Lempuyangan sekitar 1 km lebih kayanya, dengan tentengan dan gemblokan yang buerat buanget. Ya Allah, rasanya mau minta om Jin aja "Om, Meji mau pulang. Meji mau bobo dirumah aja, Om.". Sampe stasiun gue tidur dan Sucia foto-foto dengan kamera pinjemannya. Gue tidur ditempat nunggu kereta. Emang dasarnya pelor kali ya. And you know what? Keretanya jam 8 dong. Dari jam 6 pagi sampe jam 8 nungguin kereta doang.

Pada akhirnya, keteta datang. Lumayan cepet sih. Ketemu ibu-ibu sama anak gantengnya di depan aing duduknya hahhaha... ketemu bapak-bapak yang cerita banyak tentang pengalaman travelingnya juga. Akhirnya sampai di stasiun Balapan... naik becak dong. Jauh. Banget. Bro. Sian kang becaknya. Mending naik taksi, Sucia aja yang batu pftttt. Kalo jauh, naik becak, gak nyasar mah gapapa. Nyasar banget. Jauh banget ke tujuan. Diem didepan Pom Bensin lamaaa banget kaya traveler nyasar (emang iya) sampe Paklenya Sucia jemput. Naik motor bertiga kaya anak alay :') padahal gue liat bus tingkat warna merah, mau naik, tapi takut tambah nyasar.

Sampe rumahnya, gue pegeeeeellll banget. Mana lengket kita punya badan. Setelah mandi, lalu makan, lalu tidur sampe Ashar. Kaya orang mati, sumpah! Setelah itu gue sama Sucia foto-foto deh di Bengawan Solo.
candid ala-ala

After that, pulang lagi ke rumah dan gatau ngapain lupa hahahahah.... Nyari martabak hitz cabang milik anaknya Bpk Presiden RI Joko Widodo, mas Gibran. Jauh banget sueeeeeeeerrr dari rumah Bulenya Sucia. Tapi gimana dong, udah niat, udah mau, yaudah atulah muterin Solo Barat karena namanya juga Markobar alias Martabak Kota Barat.
foto aja dulu ya wahaha

Setelah pulang kita putuskan untuk tidur, tp ekspektasi tinggalah ekspektasi, realita curhat sampe malem mau dibilang apa? Wahahhaa.. Daaaaaaan kesiangan akhirnya. Ngejar kereta ke Tugu jam 8 dapetnya jam 11. Aku cedih banget saat itu. Yaudah gapapa. Akumah sabar orangnya.. Di stasiun cuma main hp sama futu-futu doang.

Sampe Tugu langsung ke Tugu beneran deh. Biasalah, foto-foto doang nunggu jam 4 buat pulang lagi ke Bekasi.
Ngeri ketabrak doang atulah, salah jalur :(

Puas foto kita naik becak-becak-becak ke Malioboro, ketemu temen yang di Mushola ituuuuuh.



Setelah puas kita pulang deh. Kebetulan tiga cowok itu satu kereta juga, cuma beda gerbong ajah. Sedih sih kalo inget, cape bgt kaya gembel nyasar di Jogja. Tapi seruuuuuuuuuuuu, ketemu temen baru, pengalaman unik. Makasih buat Aa Arrip as my brother in law yang mau jemput jam 12 malem di Jatinegara. Wahahha i love you always yes.

nah ini diaaa.... lupa namanya siapa yang cowo tiga itu -__-
Lempuyangan, 23 Maret 2015.

Lagi berdoa semoga ada rezeki lagi, biar bisa jalan-jalan. We have to much plan to going to where we get happiness. Doain aja ya, semoga terwujud ke Bromonya akhir tahun :') Aamiin
Segini aja kali ya, abis lupa detailnya karena kelamaan. Semoga nanti banyak cerita luar biasa disini. Supaya anak cucu gue tau kalo Ibu dan Omanya punya banyak mimpi dan cerita luar biasa. Semoga anak cucu gue gak kesulitan biaya demi muterin Indonesia yang begitu indah.

Tak Searah

Ternyata kita beda, kita jauh dari kata sama. Bahkan mencintaimu sampai detik ini pun seperti halnya berkaca. Cintanya terlihat, hanya saja pantulan.

Terkadang sulit untuk percaya, kita sudah terlalu jauh berjalan berbeda arah. Yang aku tahu, tujuanku tetap sama. Aku tahu mencintaimu begitu sulit, sampai-sampai berhenti saja aku tak bisa.

Jika ada yang bilang kita berbeda, jelas aku akan percaya. Karena memang begitu adanya. Kita bahagia dalam kesulitan, mengingat untuk melupakan. Kita tertawa dalam tangisan, mendekat untuk menjauh. Kita tidur dalam mata terbuka, mencintai untuk saling membenci.

Aku benci menulis ini, karena apa saja yang aku tulis tentangmu, dengan itu air mataku jatuh. Aku kesal bisa mengungkap prosa sedalam ini, karena dengan ini, cintaku makin dalam.

Aku terguncang ketika kehilangan, tapi biarlah. Tanpa itu, jiwaku tak akan setenang ini sekarang. Aku teraniaya hujan, tapi tak apa. Tanah saja tak marah ditimpanya. Aku bagaikan diinjak Gajah, sayang. Tapi ternyata aku Jerapah, ketahuilah, aku lebih tinggi dari dia.

Kamu tahu hal apa saja yang ingin aku ungkap? Berapa ribu kata yang akan aku tulis? Aku tahu, kamu tak pernah mau tahu. Biarlah, menangis sudah jadi hal biasa sampai aku lupa karena apa. Lemah memang, tapi mau bagaimana? Yang kamu tahu, aku akan tetap baik-baik saja. Manusia mana yang tetap biasa jika yang disayang pergi? Aku mau tahu. Mungkin kita bisa berbagi banyak cerita pilu.

Cobalah pegang tanganku, ada banyak getaran disana. Masih sama ketika pertama kamu coba katakan cinta dulu. Sayang, tetaplah disitu. Atau mungkin kamu ingin pergi jauh? Silahkan, aku tak bisa hentikan. Kita berbeda arah namun satu tujuan. Aku tunggu kamu ditempat yang sama, yang dulu kita cari berdua. Aku tunggu ditempat yang kita sebut itu bahagia.

Yang Kuat, Hey!

Teruntuk, diriku.

            Hai, manis. Hari ini kamu bangun sangat pagi, menyeruput kopi, mengisi bak mandi dan mencari info tentang dunia yang melulu tentang politik. Lalu, apalagi selain menulis surat untuk diri sendiri? Hehehe
            Seharusnya kamu bisa review ulang apa yang musti kamu kerjakan. Seingatku, kamu harusnya pergi ambil obat bulanan pagi ini, bukan? Tapi tak apa, hujan diluar pasti menahanmu untuk pergi.
            Aku ingatkan lagi wahai wanita yang sedang duduk manis diatas kasur, jangan cepat menyerah, ya? Aku sudah tau jawabanmu pasti “Iya, manis.” Kamu pasti sudah tau semua isi dalam kepalaku, tapi, tak apa, aku akan tetap menulis untukmu.
            Aku hanya ingin kamu tetap tegar, walau cobaan banyak sekali yang datang. Sambutlah mereka dengan tenang, wahai diri. Anggaplah mereka tamu yang cepat atau lambat akan pergi tanpa harus diusir. Jadikan dirimu sebagai wanita yang tak melulu mengharapkan kebahagian tanpa cobaan. Jadikan dirimu sebagai wanita yang mengerti arti pengharapan panjang yang membuahkan hasil memuaskan.
            Seperti hujan yang deras di luar teras, akan banyak perumpamaan untuknya. Tak selamanya hujan akan mengguyur permukaan tanah yang kian melumpur olehnya, tenang saja. Wahai diri, tak perlu berharap banyak akan datangnya pelangi, karena matahari bersama awan cerah pun mungkin lebih dari cukup. Terus perbaiki diri, ya? Karena semua dimulai dari niat-niat baik yang akan membawamu pada hal-hal baik pula.
            Mungkin hanya ini surat untukmu. Tapi, semoga kamu bisa melakukan lebih dari apa yang aku tulis. Aku yakin kamu pasti bisa. Aku yakin kamu dan aku mampu. Dan kita lawan cobaan bersama, oke? Hehehe.
            Oiya! Coba tolong liat dapur setelah kamu baca ulang surat ini, kayanya bocor. Baju-baju yang ada di mesin cuci, coba diangkat, udah selesai digiling dari satu jam yang lalu!

Tertanda,
Dirimu sendiri.


#30HariMenulisSuratCinta

Doa Untuk Yang Berulang Tahun

Dear, wanita ramah penuh suka cita.

Kemarin, tak sengaja aku membuka sosial media tempat aku pertama menemukan sosokmu. Ku lihat salah seorang memberitahu bahwa hari ini angka umurmu bertambah, dan aku tahu surat ke empat milikku untuk siapa.           
Tak terasa, bukan? Waktu demi waktu kadang berlalu secepat laju sepeda balap. Aku pun merasakannya, sayang. Walau tak pernah ku menatap mata bening penuh rahasia, wajah indah ukiran Sang Maha Pencipta. Jangan senang dulu, hey, cantik, angka umurmu memang bertambah, tapi sayang, sisa umurmu kian berkurang.
Untukmu yang hari ini Allah ijinkan membaca suratku, Iit Sibarani. Sungguh, aku tak mengetahui percis angka yang sedang kamu genggam. Wanita cantik penuh keramah-tamahan, jiwa yang dialiri cinta oleh Tuhan, berbahagialah. Tak ada yang melarangmu untuk merayakan, tapi, alangkah baiknya menjadi jembatan untukmu berdoa, bersyukur dan lebih bertawakal pada siapa yang memberimu kehidupan.
Untukmu, Iit Sibarani. Calon makmum yang telah disiapkan sebaik-baiknya iman. Calon ibu yang jadi madrasah pertama untuk anak-anak lucu berparas cantik nan pintar. Segeralah, telan semua rasa pahit yang dibelakang. Bebenahlah, perbaiki diri dan sambut sang calon iman yang Allah siapkan untuk mengisi hari-harimu. Belajarlah untuk mengerti arti kehidupan, ceritakan pada anak-anak yang akan mengisi rahimmu mendatang.
Hari ini, doa-doa baik untukmu datang. Doa yang membaluri seluruh tubuhmu agar kamu tenang. Ya Allah Yang Maha Segala, semoga dia (Iit Sibarani) baik dalam keadaan apapun. Ya Rabbi Yang Maha Pemberi, terus ukir senyum indah di bibir manis miliknya, yang Kau pahat tanpa ada kurangnya.
Barakallahu fii ummuri dunya wall akhira, Iit Sibarani. Semoga apa yang kamu tanam, berbuah manis dan menjadi ladang pahala. Aamiin allahuma aamiin ya Rabbal’alaamiin.

Tertanda,
Makhluk Allah, yang banyak kurangnya.


#30HariMenulisSuratCinta

Dear, Masa Lalu.

Kadang kita perlu melihat kebelakang. Bukan untuk mengenangan masa lalu, tapi berjaga-jaga agar tidak ada yang menusukmu.” Kata-kata itu selalu menjadi kewaspadaan  terhadap apa saja yang ingin merusak bahagiaku. Sudah. Cukup. Aku terlalu banyak menelan kecewa, walau tak sedikit juga yang aku kecewakan. Karma? Tentu, iya. Hukum itu selalu ada dibelahan dunia mana saja. Jika kamu memberi duri, suatu hari kamu akan mendapat jarum.

Aku tak begitu mempersalahkan masa lalu, yang ku tau dia masih ada dibelakangku. Suatu saat akan ku ingat tapi tak akan aku memutar balik untuk melihat. Aku berdiri di depan cermin besar dan kulihat semua bagian tubuhku, ya Allah, fisik ku masih utuh, terima kasih. Kulihat dinding-dinding kamar, lalu aku berputar, ya Allah, otak dan syaraf motorik ku masih berfungsi, terima kasih. Tanpa Mu, aku bukan apa-apa, Tuhan. Lalu, apalah masa lalu itu? Ingin menghancurkan hidupku? Hahaha, mimpi! Aku masih kuat berdiri.

Hey, Tuhan ku memang hanya satu. Tapi, Dia selalu melindungiku dari bahaya-bahaya macam kamu. Kamu, iya kamu, masa lalu yang dulu menoreh tinta hitam pekat dibuku cerita hidupku! Yang banyak membuang-buang waktuku. Yang tak akan pernah lagi aku membuka bagian itu. Masa lalu, terima kasih telah mengajari aku suatu hal yang denganmu aku tau arti penyesalan.

Tertanda,
Yang sedang menertawakanmu.


#30HariMenulisSuratCinta

Maafkan Aku

Dear, kaka bondol tukang pos.

            Prasangka memang sulit dikendalikan, apalah aku ini? Hanya manusia biasa berpipi bulat macam bakpao isi rumah satu komplek. Kemarin prasangka ku sangat jelek! Mengira kamu kamu yang cantik itu tidak akan sempat membaca postingan surat cinta punyaku L Ternyata, memang prasangka ku  jelek *self toyor*.
            Kamu, iya kamu, tukang pos yang 28 hari (lagi) ke depan akan mengirim surat-surat cinta. Kamu yang hanya membaca surat cinta saja dapat pahala. Kamu yang rambutnya percis seperti rambutku, bedanya hanya warna, mungkin. Aku memohon maaf, atas prasangka buruk yang aku tujukan kepadamu. Manusia memang tak luput dari salah, apalagi aku yang setengah manusia setengahnya lagi bidadari. #lah #peres *ditoyor kak Ika*
            Sekali lagi, aku haturkan beribu maaf atas kesalahanku dalam menilaimu. Semoga besok, lusa dan seterusnya, otak dan pikiranku makin terbuka. Pekerjaanmu tak hanya mengirim surat cinta saja, bukan? Selamat bekerja, kaka bondol. Terbarkan cinta kesetiap penjuru hati.
            Salam kenal dariku, pengirim surat yang akan banyak kata diluar logika, nantinya. Banyak surat yang isinya hanya masalah yang itu-itu saja. Sekali lagi, maafkan aku, kaka berparas cantik, berambut bondol dan blonde. Semoga kamu baik dan tetap dilindungan Tuhan.

Tertanda,

Wanita berpipi bulat.

#30HariMenulisSuratCinta

Untuk Kamu Yang Dulu

Dear, lelaki baik penghuni hati dan pikiranku.

Sudah berapa lama kita tak bertegur sapa? Walau ada pertemuan singkat disela kebersamaan, menatap wajahmu saja aku tak punya keberanian. Hey, tak sadarkah kamu, rindu ini kian membenteng. Semakin tinggi tiang rindu, semakin kuat aku menyimpannya. Ada kalanya aku malu, ternyata ditinggal kamu itu penuh haru, sampai-sampai aku sendiri terbaring pilu. Ah, berprosa seperti ini mengingatkanku betapa kamu lugu dan lucu saat pertama bertemu.

            Mungkin perpisahan yang kamu pilih (iya, hanya kamu) membuatmu bahagia. Sedang aku? Merana. Merana menahan isak tangis, menahan betapa sakit, dan ketahuilah aku tak bisa lupa akan kita. Kadang Ibuku sendiri tak menyangka, lelaki muda penuh tata krama dan sopan santun yang tiada tara, meninggalkanku dengan menggores luka. Iya, Ibuku yang dulu kamu salami saat pertama berkunjung kerumah.

            Tiap malam aku mengingatmu. Saat pertama kita bertemu itu, ah, lucunya. Ingatkah kamu saat kamu menopang tubuhku yang hilang sadar? Kamu membawaku ke rumah sakit, lalu sejak saat itu kita dekat. Sangat dekat seperti nadi yang menyatu dengan urat. Kita bahkan hampir tak punya jarak, sayang.

Kini dirimu memang ada tak begitu jauh, tapi sayangnya, kita sudah berjalan masing-masing. Sedih? Tak usah kamu tanyakan itu, jawabannya sudah pasti iya. Kamu mungkin bahagia dan aku belum, bukan tidak bisa. Sayang, nanti akan aku coba menatap wajahmu, akan ku lihat detail paras lugumu. Jika sudah tak seperti dulu, berarti hanya aku yang menyimpan rindu sebanyak yang aku sendiri tak bisa hitung.

Tertanda,
Pacar kamu waktu itu.


#30HariMenulisSuratCinta